PLN ‘Biadab’ Warga Dibiarkan Tinggal di Bawah Kabel Maut

news, Sorot8 Dilihat

B120news.com– Di Dusun Balantieng, Desa Bulolohe, ancaman tidak datang dari orang jahat, tetapi dari atas kepala sendiri. Tiga kabel listrik telanjang menggantung rendah, nyaris menyentuh atap rumah warga.

Tak terlihat mencolok, namun siap menyambar kapan saja—terutama saat hujan deras dan angin menerpa. Warga menyebutnya “bom waktu di atas rumah”. Sabtu (26/7/2025)

AL, seorang warga, tak bisa lagi menyembunyikan kekhawatirannya. Ia menunjuk ke atas, ke kabel yang hanya berjarak sehelai daun lontar dari atap rumahnya.

“Kalau hujan deras atau angin datang, saya hanya bisa berdoa. Kabel itu bergoyang, nyaris menyentuh rumah. Kami takut, tapi tidak punya pilihan,” ujarnya lirih.

Kondisi makin mencekam karena tiang-tiang listrik di desa ini bukan hanya usang—beberapa berdiri miring, terlalu dekat dengan jalan, dan tampak tak lagi kokoh menopang beban.

AC, warga lainnya, bahkan menyebut perasaan waswas sudah jadi bagian dari keseharian.

“Tiangnya kecil, rendah, dan sudah kelihatan rapuh. Di desa sebelah sudah pakai tiang beton besar, kenapa kami seperti dianaktirikan?” katanya.

Warga sudah berkali-kali menyampaikan keluhan, namun hingga kini belum ada tindakan nyata. Yang mereka terima hanyalah janji.

PLN Menjawab: Tunggu Anggaran, Tunggu Waktu

Kepala PLN ULP Panrita Lopi, Zulham, mengakui adanya masalah. Ia menyatakan timnya akan segera mengecek ke lapangan. Namun, solusi jangka panjang seperti penggantian tiang baru masih terbentur anggaran dan birokrasi.

“Kalau sekarang diajukan anggarannya, realisasi mungkin baru tahun 2030,” ujar Zulham.

Pernyataan itu membuat warga makin geram. Menunggu lima tahun ke depan berarti tetap tinggal di bawah ancaman maut.

Zulham berjanji akan berupaya mencari solusi darurat. “Kalau memungkinkan, kami akan ganti sebagian dulu. Tapi tetap perlu proses,” tambahnya.

Bukan Sekadar Kabel, Ini Soal Nyawa

Warga Balantieng tidak meminta lebih. Mereka hanya ingin hidup tanpa rasa takut. Tanpa perlu memeriksa langit-langit rumah setiap kali awan mendung menggantung.

Saat infrastruktur dasar seperti listrik tak lagi menjamin keselamatan, siapa yang bertanggung jawab bila nyawa melayang?

Kabel itu masih bergoyang. Tiangnya masih rapuh. Dan warga, masih menunggu.

Editor : Darwis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *